Penerapan
Teknologi Informasi dalam Akuntansi
Perkembangan TI yang pesat juga
mengakibatkan perubahan signifikan terhadap akuntansi. Perkembangan
akuntansi
berdasar kemajuan teknologi terjadi dalam tiga babak, yaitu era bercocok
tanam,
era industri, dan era informasi. Peranan TI terhadap perkembangan
akuntansi
pada setiap babak berbeda-beda. Semakin maju TI, semakin banyak
pengaruhnya
pada bidang akuntansi. Kemajuan TI mempengaruhi perkembangan sistem
informasi
akuntansi (SIA) dalam hal pemrosesan data, pengendalian intern, dan
peningkatan
jumlah dan kualitas informasi dalam pelaporan keuangan. Perkembangan SIA
berbasis komputer dalam menghasilkan laporan keuangan juga mempengaruhi
proses
audit. Akhirnya, kemajuan TI memberikan peluang baru bagi profesi
akuntan.
Peluang baru yang mungkin diraih di antaranya adalah konsultan sistem
informasi
berbasiskomputer, CISA, dan web trust audit.
Tonggak sejarah akuntansi
dimulai
sejak tahun 1494, yaitu ketika Luca Pacioli memperkenalkan sistem doble
entry
book keeping. Akan tetapi, praktik akuntansi sebenarnya sudah ada sejak
zaman
sebelum itu. Alvin Toffler dalam bukunya The Third Wave menyatakan bahwa
pada
tahun 8000 SM yang dinyatakan sebagai masa bercocok tanam orang sudah
mengenal
teknologi, informasi, dan akuntansi.
Pada masa ini teknologi
akuntansi
dengan single entry book keeping sudah tidak memadai dalam penyediaan
informasi
akuntansi. Orang mulai memerlukan informasi mengenai berapa pendapatan
yang
diperolehnya selama suatu periode tertentu dan berapa perubahan kekayaan
yang
dimiliki. Pada era ini sistem doble entry book keeping mulai
diperkenalkan oleh
Luca Pacioli meskipun bukan dia penemu sistem ini. Karena kebutuhan
manusia
akan informasi semakin kompleks, maka sistem doble entry book keeping
mengalami
perkembangan. Mulai dari teknik pembukuan sampai dengan metode akuntansi
yang
kompleks seperti akuntansi untuk inflasi, dana pensiun, leasing, dan
lain-lain
(Belkaoui, 2000). Pada masa ini sistem informasi akuntansi di dalam
upaya untuk
menyediakan informasi, baik kepada pihak ekstern maupun intern masih
dilakukan
secara manual hanya dengan bantuan mesin hitung ataupun kalkultor.
Salah satu bidang akuntansi
yang
banyak dipengaruhi oleh perkembangan TI adalah SIA. Pada dasarnya siklus
akuntansi pada SIA berbasis komputer sama dengan SIA berbasis manual,
artinya
aktivitas yang harus dilakukan untuk menghasilkan suatu laporan keuangan
tidak
bertambah ataupun tidak ada yang dihapus. SIA berbasis komputer hanya
mengubah
karakter dari suatu aktivitas.
Model akuntasi berbasis biaya
historis tidak cukup untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
perusahaan
pada era teknologi informasi (Elliot dan Jacobson, Gani, 1999). Model
akuntansi
pada era teknologi informasi menghendaki bahwa model akuntansi dapat
mengukur
tingkat perubahan sumber daya, mengukur tingkat perubahan proses,
mengukur
aktiva tetap tak berwujud, memfokuskan ke luar pada nilai pelanggan,
mengukur
proses pada realtime, dan memungkinkan network.
Perubahan proses akuntansi akan
mempengaruhi proses audit karena audit merupakan suatu bidang praktik
yang
menggunakan laporan keuangan (produk akuntansi) sebagai objeknya.
Praktik
auditing bertujuan untuk memberikan opini terhadap kewajaran penyajian
laporan
keuangan yang dihasilkan oleh SIA. Dengan adanya kemajuan yang telah
dicapai
dalam bidang akuntansi yang menyangkut SIA berbasis komputer dalam
menghasilkan
laporan keuangan, maka praktik auditing akan terkena imbasnya.
Perkembangan TI
juga mempengaruhi perkembangan proses audit.
Menurut Arens, terdapat tiga
pendekatan auditing pada EDP audit, yaitu audit sekitar komputer
(auditing
around the computer), audit melalui komputer (auditing through the
computer),
dan audit berbantuan komputer (auditing with computer). Auditing around
the
computer adalah audit terhadap penyelenggaraan sistem informasi komputer
tanpa
menggunakan kemampuan peralatan itu sendiri, pemrosesan dalam komputer
dianggap
benar, apa yang ada dalam computer dianggap sebagai “black box” sehingga
audit
hanya dilakukan di sekitar box tersebut. Pendekatan ini memfokuskan pada
input
dan output. Jika dalam pemeriksaan output menyatakan hasil yang benar
dari
seperangkat input pada sistem pemrosesan, maka operasi pemrosesan
transaksi
dianggap benar.
Ketika organisasi memperluas
penggunaan TI mereka pengendalian internal sering ditanamkan di dalam
aplikasi
yang hanya terlihat dalam format elektronik. Ketika dokumen sumber yang
tradisional, seperti faktur, pesanan pembelian, arsip penagihan, dan
arsip
akuntansi, seperti jurnal penjualan, daftar persediaan, dan lainlain
hanya
dalam format elektronik auditor harus mengubah pendekatan audit.
Pendekatan ini
sering disebut dengan auditing through the computer. Ada tiga kategori
pengujian dari pengujian strategi ketika mengaudit melalui komputer,
yaitu
pendekatan data ujian, simulasi pararel, dan pendekatan modul audit
tertanam.
Pada auditing with computer
untuk
membantu pelaksanaan keseluruhan program pengauditan digunakan mikro
komputer.
Auditing with computer dimaksudkan untuk melakukan otomatisasi terhadap
proses
pengauditan. Mikro komputer akan mentransformasi beberapa fungsi audit.
Auditing with computer menggunakan software untuk melaksanakan pengujian
terhadap pengendalian intern organisasi klien (termasuk compliance test)
dan
pengujian substantif terhadap catatan dan file klien.
Berdasarkan uraian di atas,
terlihat
bahwa auditing with computer mengarah pada penerapan expert system di
dunia
pengauditan. Expert system adalah program komputer yang berciri
intensif-pengetahuan yang menangkap keahlian manusia dalam wilayah
pengetahuan
yang terbatas. Pada expert system pengetahuan manusia dimodelkan atau
direpresentasikan dalam satu cara yang bisa diproses oleh komputer.
Kondisi-kondisi dalam penyusunan laporan keuangan dieksekusi dalam
konstruksi
IF-THEN. Jika kondisi adalah benar (true), maka suatu tindakan
dilakukan.
Standar profesional akuntan
publik
menyatakan bahwa pekerjaan audit harus dilakukan oleh seorang auditor
atau
lebih, yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai
seorang
auditor. Namun, untuk keperluan EDP audit, maka auditor yang
bersangkutan
selain memiliki keahlian audit dan akuntansi jugaharus memiliki keahlian
komputer. Lebih-lebih jika auditor akan melakukan audit yang through dan
within
the computer.